• Interaksi dan kearifan ekologi : Kearifan Ekologi Manusia Jawa (Interaksi dan Adaptasi Stratedis Masyarakat Jawa dan Sunda terhadap Lingkungan Hidupnya.

     
    Kearifan Ekologi Manusia Antara Interaksi Dan Adaptasi Masyarakat Jawa Dan Sunda Terhadap Lingkungan Hidup

    interaksi manusia terhadap tumbuhan


    Materi: Kearifan Ekologi Manusia Jawa (Interaksi dan Adaptasi Stratedis Masyarakat Jawa dan Sunda terhadap Lingkungan Hidupnya.


    Di bagian tengah pulau Jawa banyak didominasi gunung-gunung aktif yang subur, di wilayah selatan didominasi pegunungan tua yang sudah tidak subur. Di pulau Jawa memperhatikan banyan gunung api yang aktif sejak tahun 1900. Kondisi umumnya pulau Jawa memiliki intensitas hujan yang cukup tinggi dapat terjadi erosi tanah dan degradasi tanah.


    Understory Diversity and Composition after Planting Od Teak and Mahogany in Yogyakarta


    Sampai abad ke-17, seluruh Pulau Jawa tertutup oleh hutan belantara. Justru bertolak belakang dengan kondisi pada saat ini, yang sulit sekali menemukan keberadaan hutan. Pada saat abad ke-17 kita bisa menemukan hutan Jati di Jawa Barat (Karawang, Cirebon), Jawa Tengah (Semarang, Jepara, Rembang, Yogyakarta, Surakarta) dan Jawa Timur (Madiun, Bojonegoro). Luas hutan jati di Jawa pada tahun 1931 seluas 7887 km².


    Awal abad ke-18, deforestasi (hutan jati) secara massif di Pulau Jawa dilakukan oleh VOC dann digantikan perkebunan kopi, tebu, karet, pertanian. Masuk penjajahan Jepang, deforstasi semakin tak terkontrol. Pada tahun 1940 hingga 1950-an, lahan bekas perkebunan kpi yang gagal menjadi tandus, gersang, kering dan tanpa vegetasi.


    Melihat kondisi hutan di Jawa yang semakin rusak, semenjak masa colonial sebenarnya sudah ada kegiatan untuk meregabilitasi yang dilanjutkan dengan penanaman biji jati. Namun karena periode kepemimpinan Daendels digantikan Raffles maka kegiatan kembali bersifat merusak hutan.


    Rehabilitass hutan setelah Indonesia merdeka:


    1. Panitia Karang Kitri (1951)


    2. Proyek Deptan 002 di Gunungkidul (1969)


    3. Program Penyelamatan Hutan, Tanah, dan Air  (1976)


    4. Reboisasi dan Penhijauan Menggunakan Sistem Program Bantuan (INPRES) (1976-1977)


    5. Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN RGL/GERHAN)


    6. Rehabilitasi Hutan dan Lahan (2018)


    Program rehabilitas hutan ini dengan menanam pohon yang bertujuan untuk produksi kayu serta memulihkan fungsi ekosistem. Meningkatkan kolonisasi tumbuhan bawah (meningkatkan kualitas fisik, kimiawi dan biotik tanah dengan memberi naungan untuk menjaga iklim mikro dengan meningkatkan kelembaban dan penurunan suhu). Wilayah tropis banyak menanam jati dan mahoni karena harganya mahal (sifat ekonomi), mudah beradaptasi, jati merupakan tanaman komoditas hutan asli Indonesia, mempunya alelopati (metabolit sekunder yang berupa fenolik dan terpenoid) senyawa ini bisa mengambat organisme yang ada di sekitar tanaman jati. 


    Rehabilitasi hutan di Gunungkidul, Bantul dan Kulonprogo dengan menanam spesies phon esksotik mempunyai dampak positif terhadap biodiversitas. Jati dapat mendukung perkembangan tumbuhan bawah meskipun mempunyai alelopati. Kekayaan spesies (richness), keragaman, kepadatan dan proporsi spesies asli mendekati nilai hutan asli (native forest) seiring waktu. Dari perspektif biodiversitas, sangat penting untuk memeliharan tegakan yang direhabilitasi hingga jangka waktu yang panjang.


    Kearifan ekologi adalah intensitas hutan tinggi, tektonik aktif (gempa longsor), rendahnya laju infiltrasi


    Akan menjadi sebuah pertanyaan menarik tentang bagaimana manusia mampu memuliakan tanaman. kebanyakan diantara masyarakat masa kini yang hanya mampu membeli dan merawat tanaman saja tanpa pandai menanamnya, hal ini dikarenakan kebiasaan ingin instan yang menyebabkan masyarakat enggan belajar lebih dalam untuk memuliakan tanaman. memuliakan tanaman bisa dilakukan dengan merawatnya dengan baik, mengembangbiakkannya, dan bahkan memberlakukannya seperti sesuatu hal yang berharga. ada beberapa cara dan metode yang bisa dilakukan untuk memuliakan tanaman sesuai dengan jenis dan kebutuhan yang diperlukan oleh tanaman tersebut. perlu diketahui ada banyak sekali jenis pala yang terbagi bagi lagi macam macam tumbuhan didalamnya. berikut pembagiannya :


    1) Palawija: tanaman yang ditanam di sawah atau tegalan, dipanen bijinya selain padi (padi sawah atau padi gogo), tanaman yang ditanam tanpa pengairan.


    2) Pala kependhem: tanaman yang buahnya tertimbun dalam tanah (ketela)


    3) Pala gumanthung: buah yang menggantung di phon berumur tahunan (papaya, pisang)


    4) Pala kitri/kirna: tanaman yang buahnya menggantung di tanaman, berumur pendek bisa ditanam di pekarangan atau di sawah atau tegalannya (jetuk, manga, durian, kelapa, Nangka)


    5) Pala kasimpar: tanaman-tanaman yang menjalar di tanah dan buahnya juga di tanah (timun, waluh, semangka, besusu).


    6) Pethetan: berbagai jenis tanaman hias


    Tanaman di sekitar rumah dan jalan


    1. Depan rumah (dalam pagar)


    2. Belakang rumah: Gayam (Inocarpus edulis Forst.) melinjo (Gnetum gnemon L.)


    3. Tepi jalan atau pelindung halaman rumahL Asemm (Tamarindus indica L.)


    Bagaimana masyarakat Jawa dulu memuliakan pohon


    1. Menamai suatu tempat dengan jenis-jenis pohon. Jati, Mojo, Tanjung, Jambe, Ringin, Bulu,, Bendo, Randu, Waru, Pandan, Elo, Gondang, Ploso, Asem, Kesambi, Gedang, dll.


    2. Dalam Gunungan wayang kulit, terdapat interaksi satwa dengan lingkungannya yang begitu harmonis dan melakukan timbal balik yang termasuk dalam konsep ekologi.


    Bagaimana manusia Jawa Kuno memuliakan satwa liar:


    Tentara di suruh menumpas Kawasan gajah namun tidak mampu menghadapi amukan Gajah Putih yang akhirnya dikalahkan oleh Citrasoma. Kesepakatan dicapai dengan mengalokasikan hutan di lereng-lereng pegunungan sebagai habitat gajah, sedangkan wilayah datar untuk sawah dan tegalan bagi manusia dengan garis pembatas. 


    Berdamai (patuh) dengan iklim: penanggalan Pranata Mangsa. Pertanian yang diusahakan menimpang musim perlu energi besar untuk merekayasa musim, Pranat Mangsa hanya berurusan dengan matahari-Bumi dan tanaman. Dengan melihat fenomena-fenomena alam.


    Perkembangan tata guna lahan sawah dengan teras sawah (terasering), terbukti bisa mempertahankan kesuburan dan produktivitas lahan sawah selama ribuan tahun. Pranata Mangsa memiliki 4 mongso dalam setahun (katiga, labuh, rendeng, mereng) dengan masing-masing memiliki penciri dan tuntunan bagi petani. Pranata Mangsa tidak berubah, karena sesuai peredaran matahari dan hanya terjadi pergesaran matahari yang sedikit. Namun karena hilangnya indicatornya dan anomaly musim, makanya sudah tidak lagi digunakan oleh masa modern. Namun justru dengan kemajuan IPTEK, Pranata Mangsa harusnya digalakkan lagi. Kearifan local harus ditetapkan untuk dilindungi dengan tetap memelihara keragaman hayati.


  • 0 comments:

    Posting Komentar

    Quotes

    Berbanding tipis antara merdeka untuk ego dan merdeka untuk kebermanfaatan orang lain, silahkan pilih kemerdekaanmu.

    ADDRESS

    Perumnas Gardena Blok A No.112 Firdaus, Kab. Serdang Bedagai

    EMAIL

    hamdanirizkydwi@student.ub.ac.id
    hamdanirizkydwi@gmail.com

    TELEPHONE

    -

    Instagram

    @rizky_dham